Analisis Pengaruh Brand Equity dan Brand Strategy Terhadap Consumer Responses

(Studi Kasus pada Konsumen Pembalut Laurier di Ungaran Kab. Semarang)

Intisari:

Hanya perusahaan yang memiliki brand perkasa yang mampu bertahan ditengah gempuran persaingan (SWA 18/XXIV/21 Agustus-3 September 2008). Sehingga salah satu cara untuk menguasai pasar adalah melalui kepemilikan pasar dengan brand yang dominan. Yaitu dengan membangun brand untuk meningkatkan brand equity. Brand Equity sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu brand merasa puas dan merasa rugi bila berganti brand (brand switching), menghargai brand itu dan menganggapnya sebagai teman, dan merasa terikat kepada brand itu (Kotler, 2002:461).

Ketepatan pemilihan brand strategy serta brand equity yang muncul akibat manajemen brand dapat memberikan suatu respon yang bermacam-macam bagi konsumen. Hal ini juga disebut juga sebagai customer-base brand equity yang merupakan suatu bentuk pendekatan brand equity dari perspektif pelanggan.

Keller (1998) menyatakan bahwa customer-base brand equity adalah perbedaan pengaruh dari suatu brand knowledge pada respon konsumen terhadap pemasaran suatu brand. Suatu brand dikatakan memiliki brand equity yang positif jika pelanggan bereaksi positif (favorable) terhadap produk atau proses pemasaran ketika suatu brand diidentifikasikan, dibandingkan dengan ketika tanpa menggunakan brand. Selain itu brand equity yang positif akan membuat konsumen lebih menerima sebuah perluasan brand, memiliki sensitivitas yang rendah terhadap kenaikan harga dan penarikan iklan, dan lebih berhasrat untuk merekomendasikan brand tersebut kepada yang lain. Sebaliknya jika suatu brand dikatakan memiliki brand equity yang negatif apabila konsumen bereaksi negatif pada aktivitas pemasaran dari suatu brand, dibandingkan dengan suatu produk yang tidak memiliki brand. Jadi, perbedaan consumer responses yang membentuk brand equity direfleksikan dalam persepsi, kesukaan, dan tingkah laku yang terkait dengan pemasaran brand tersebut.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh persaingan industri sanitary napkin yang semakin kompetitif baru-baru ini. Jumlah total wanita pemakai pembalut wanita per tahun memiliki angka pertumbuhan rata-rata 6,9% dengan total konsumsi 1,45 milyar pieces per tahun. Karenanya sejumlah merek pembalut wanita baru muncul untuk mencoba mengambil bagian dari pangsa pasar sanitary napkin. Kondisi ini juga berdampak pada menurunnya pangsa pasar Laurier menjadi 29% pada tahun 2008. Diikuti dengan berkurangnya nilai merek dari tahun 2006 sampai 2008.

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Brand Strategy dan Brand Equity terhadap Consumer Responses. Serta untuk mengetahui pengaruh dari Brand Strategy terhadap Brand Equity yang telah diterima oleh konsumen.

Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen Laurier dengan jumlah responden sebanyak 90 orang yang merupakan penduduk dari Ungaran. Tiga hipotesis diformulasikan dan diuji dengan menggunakan LISREL 8.8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Brand Strategy dan Brand Equity memiliki hubungan yang signifikan dengan Consumer Responses. Begitu juga dengan Brand Strategy yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap Brand Equity.